Kisah Perjalan Cinta
Kisah Perjalanan Cinta yang Mengharukan..
Cerita ini saya posting untuk seorang teman yang sedang duduk termenung
disana menyesali diri. Kehidupan cinta yang penuh dengan pertengkaran
membuat teman saya ini merasa salah memilih calon pendamping hidupnya
yaiu sang pacar yang sudah 4 tahun menemani hari-harinya.
cerita ini untuk kita semua yang sering kali membuat sedihati orang yang kita sayang
…..semoga kisah ini membuat perubahan akan perasaan pada sang kekasih….terima kasih untuk penulis cerita ini
Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut.
Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu
kasih? Raka dan Dara duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan
lewat, beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya,
tentang cinta.
Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang
rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam
tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria
mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya,
tidak lagi merasakan sakit di hati.”
Setelah menikah, Dara dan Raka
mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan
muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan
hidup yang kain mendera. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan
hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu
sama lain.
Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas.
Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar
rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak, “Kamu nggak cinta
lagi sama aku!”
Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara
spontan balik berteriak, “Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata
bukan tulang rusukku!”
Tiba-tiba Dara menjadi terdiam , berdiri
terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Raka, seakan tak
percaya pada apa yang telah dia dengar.
Raka menyesal akan apa yang
sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu
tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata, Dara
kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk
berpisah. “Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan
kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing. ”
Lima tahun berlalu…..
Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan
Dara. Dara pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai,
dan kini kembali ke kota semula. Dan Raka yang tahu semua informasi
tentang Dara, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan
untuk kembali, Dara tak menunggunya.
Dan di tengah malam yang sunyi,
saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi
dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara.
Suatu hari,
mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, di tempat ketika banyak
terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah
dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.
Raka : Apa kabar?
Dara : Baik… ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Raka : Belum.
Dara : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Raka : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat.
Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah. Tidak akan adayang
berubah.
Dara tersenyum manis, lalu berlalu.
“Good bye….”
Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami kecelakaan, mati.
Malam itu, sekali lagi, Raka mereguk kopinya dan kembali merasakan
sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara,
tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.
“Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar